Selasa, 20 Agustus 2019

Pembebasan Baitul Maqdis Pada Masa Salahudin al-Ayyubi


BAB 1
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Perang Salib merupakan satu peristiwa yang telah mencatatkan bahwa golongan Kristian telah berjaya menawan jerusalem (Baitul Maqdis) dari pemerintahan umat Islam. Ia menjadi lambang kejatuhan umat Islam tahun 1099. Pada tahun 1187 Salahuddin al-Ayyubi telah berjaya membebaskan jerusalem dari pihak Tentera Salib. Ini menjadi bukti keagungan Salahuddin al-Ayyubi di dalam memimpin pasukannya. Makalah ini membicarakan mengenai kejayaan Salahuddin al-Ayyubi untuk mengembalikan Baitul Maqdis kepada umat Islam. Kajian ini dilakukan berdasarkan sejarah serta analisis terhadap peristiwa tersebut. Makalah ini menjelaskan bahwa rencana yang dimulai pada zaman Nuruddin al-Zinki telah sukses diteruskan pada zaman Salahuddin al-Ayyubi sehingga terbebasnya Baitul Maqdis dari tangan Tentera Salib.
BAB 2
PEMBAHASAN
1.      PENGENALAN
Masalah Palestina saat ini bukan hanya menjadi persoalan umat Islam semata. Masalah ini telah menjadi isu global atas rasa kemanusiaan dan keadilan. Namun, bagi umat Islam Palestina yang didalamnya terdapat kiblat pertama kaum muslimin tentu memiliki arti tersendiri.
Al-Quds, Palestina ditaklukkan umat Islam sebanyak dua kali pada masa amirul mukminin Umar bin Khattab pada tahun 637 M setelah melalui perjuangan yang panjang. Pintu gerbang penaklukan Al-Quds diawali dengan kemenangan kaum muslimin pada perang Yarmuk yang terjadi pada Senin, 5 Rajab 15 H (Agustus 636). Seratus dua puluh ribu pasukan artileri, ditambah delapan puluh ribu pasukan berkuda Romawi bertemu dengan tiga puluh enam ribu pasukan Islam. Singkat cerita Al-Quds berhasil ditaklukkan setelah dikepung selama enam bulan.
Penaklukan heroik yang kedua adalah di masa Shalahuddin Al-Ayyubi pada 27 Rajab 583 H atau 2 Oktober 1187 M. Saat umat Islam di ambang kehancuran karena kemerosotan, kemunduran, kecintaan akan dunia, pertikaian dan perseteruan.  Pasukan Salib tidak akan memasuki negeri-negeri Islam, menguasai tempat suci dan menduduki tempat isra’ Rasulullah kecuali mereka melihat keadaan umat Islam yang sedang mengalami kelemahan dan di ambang kehancuran.
Pasukan Salib berkumpul di Konstantinopel dan bergerak maju ke Antiokhia. Setelah Antiokhia dikuasai dengan blokade selama delapan bulan, mereka bergerak menuju Jerussalem. Sebulan lamanya Jerussalem dikepung dan akhirnya jatuh ke tangan Salib pada tahun 492 H/1099 M. Saat itulah pasukan Salib melakukan tindakan yang tidak pernah diajarkan oleh agama-agama samawi manapun dan di luar nalar kemanusiaan. Tujuh puluh ribu kaum muslimin dibantai sampai-sampai aliran darah itu berubah menjadi sungai di Masjid Al-Aqsa, lorong-lorong dan perempatan.
Ibnul Atsir menggambarkan ekpresi kesedihan masyarakat Islam waktu itu, “Para pengungsi Syiria tiba di Baghdad pada bulan Ramadhan ditemani oleh Al-Qadhi Abu Sa’id Al-Harawi. Di istana Khalifah, dia menyampaikan perkataan yang membuat mata menangis dan hati bergetar. Pada hari jumatnya, para pengungsi itu berdiri di masjid Jami’. Mereka meminta pertolongan dan menangis. Mereka menceritakan apa yang menimpa kaum Muslim, yaitu pembantaian kaum laki-laki, penawanan kaum wanita dan anak-anak dan perampasan harta benda. Masyarakat pun menangis mendengar tragedi yang menimpa mereka.”

2.      KEBANGKITAN UMAT ISLAM
Setelah penyerbuan dan pembantaian itu, pasukan Salib menguasai negeri Syiria, mereka mendirikan pemerintahan kecil di pantai-pantai Syiria, yang membentang dari teluk Iskandariah hingga Askalon dan dari teluk Aqabah hingga utara Ar-Ruha (Edessa).
Kesuksesan pasukan Salib menduduki Al-Quds ini hanya dapat ditanggulangi dengan satu cara, yaitu kebangkitan Islam. Kebangkitan Islam secara penuh yang menyatukan wilayah timur Islam dan menggabungkan bagian-bagiannya yang terpecah untuk mengusir musuh dan menundukkannya.
Geliat kebangkitan mulai terwujud dengan kebangkitan dinasti Zanki di Mosul. Imaduddin Zanki menyusun negara yang kuat membentang dari Mosul hingga Ma’arat An-Nu’man pada 521 H. Imaduddin mulai melakukan serangan-serangan terhadap pasukan Salib dan yang paling mematikan adalah serangan di Ruha pada 539 H.
Imaduddin secara tegas mengatakan akan fokus memperkuat fondasi umat Islam dan mempersiapkan diri untuk menghadapi seluruh bahaya yang mengancamnya dari segala arah terutama pasukan Salib. Perlu diketahui saat itu terjadi konflik internal umat Islam karena fanatisme madzab dan munculnya aliran-aliran baru perusak aqidah Islam. Maka, Imaduddin lebih menyibukkan diri dengan usaha membangun umat Islam baru daripada terus menerus bersusah payah memperbaiki umat yang sedang sekarat dan semua elemennya begitu rapuh.
Setelah Imaduddin syahid karena sekelompok pemberontak, posisinya digantikan oleh Nuruddin Zanki. Pada era Nuruddin inilah terjadi perubahan yang besar. Kesultanan Zanki menjadi pusat pertemuan tokoh-tokoh yang memiliki visi reformis dan murid-murid madrasah reformasi. Nuruddin membuka pintu lebar-lebar bagi setiap orang yang  mau berjuang di jalan Allah sekalipun madzab dan afiliasinya berbeda. Setelah itu, kesultanan menyalurkan setiap potensi individu dan kelompok untuk melaksanakan tugas operasional dalam koridor manajemen yang umumnya digunakan di masa itu.
Kebijakan yang diterapkan oleh Nuruddin Zanki memiliki enam karakteristik yang menonjol yaitu :
a.       Mempersiapkan masyarakat islami, membersihkan kehidupan keagamaan dan budaya dari perngaruh aliran pemikiran yang menyimpang seperti aliran kebatinan, filsafat yunani dan tatacara ibadah serta ritual yang dikembangkan oleh kerajaan Fathimiyah.
b.      Membangun manajemen pemerintahan yang Islami, meratakan keadilan dan solidaritas sosial.
c.       Menghilangkan permusuhan antar madzab, membangun kekuatan-kekuatan Islam dan mengkoordinasi potensi dalam satu pola aksi dan kepemimpinan yang integral serta saling mendukung.
d.      Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membangun berbagai fasilitas dan infrastruktur publik.
e.       Membangun kekuatan militer dan mengembangkan industri perlengkapan perang.
f.       Menghapus kerajaan-kerajaan kecil yang tersebar di wilayah Syam dan menyatukan kendali pemerintahan Syam, Mesir dan Jazirah Arab.
Nuruddin memandang bahwa manusia Muslim sebaagi fundamen utama bagi kontruksi Al-Ummah Muslimah. Strategi ini mencerminkan integritas seluruh institusi dan lembaga,sehingga meliputi pendidikan yang menjadikan generasi muda sebagai fokus bidikannya, pengajian dan ceramah umum yang berfungsi mengarahkan masyarakat umum dan pendidikan militer guna mempersiapkan seluruh elemen umat untuk menghadapi berbagai macam tantangan dan bahaya yang ada saat itu.
Nuruddin menjadikan madrasah sebagai institusi kajian Al-Quran dan Hadits guna melahirkan generasi muda baru yang memiliki aqidah shahihah, intelektual serta mental yang kuat sebagai muslim ideal. Sultan juga menjadikan masjid sebagai pusat pendidikan non formal yang menekankan upaya menyuburkan kembali semangat Islam dan mengeliminir ajaran-ajaran menyimpang.
3.      LAHIRNYA GENERASI BARU PEMBEBAS BAITUL MAQDIS
Segala kebijakan Nuruddin untuk menelurkan generasi baru pun membuahkan hasil. Tokoh sebesar Shalahuddin tidaklah lahir sendiri tanpa proses yang panjang dan perencanaan yang matang. Dalam karyanya “Al-Mahasin Al-Yusufiyyah wa an Nawadir Sulthaniyyah”  Ibnu Syaddad membahas fase-fase perjalanan kehidupan seorang Shalahuddin.
Menurut catatan sejarah tentang fase pertama kehidupan Shalahuddin tidak lebih dari seorang pemuda biasa yang suka menghabiskan waktunya untuk bermain bola, menunggang kuda dan permainan anak muda umumnya. Keadaan ini terus berlanjut sampai ketika menyertai pamannya Asaduddin Syirkuh, yang merupakan panglima tertinggi tentara Nuruddin dalam sebuah ekpedisi ke Mesir.
Di sinilah Shalahuddin mulai bersentuhan langsung dengan Mu’askar ‘Aqidiy (pasukan yang mengusung nilai luhur aqidah Islam) yang telah melatih diri dengan bekal pemikiran, semangat dan kemiliteran. Shalahuddin menggambarkan kondisi kejiwaannya saat mulai bergabung dengan pasukan ini seperti berikut,
“Sebenarnya aku sangat tidak suka untuk bergabung dengan pasukan dalam misi pernyerbuan kali itu. Keikutsertaanku bersama paman bukan didorong oleh pilihanku sendiri. Inilah hikmah yang dapat diambil dari firman Allah “Bisa jadi kamu membenci sesuatu padahal ia adalah lebih baik bagi kamu”. (Al-Baqarah:216)”
Dalam Thabaqat Asy-Syafiiyah jilid 7 halaman 241, As-Subki menegaskan ada perubahan pada kepribadian Shalahuddin, ia menyatakan, “Saat Shalahuddin memutuskan untuk bergabung dengan pasukan Nuruddin, ia telah meninggalkan gaya hidup yang bergelimang kenikmatan.”
Maka, saat itulah terjadi perubahan radikal pada diri Shalahuddin berkat pengaruh bimbingan islami yang dialaminya dan pada saat itulah dia mulai menempatkan dirinya dalam arus gerakan Islam yang dipimpin oleh Nuruddin. Ibnu Syaddad menceritakan perubahan besar dalam hidup Shalahuddin dan konsistensinya dalam mengikuti prinsip-prinsip Islam setelah kematian pamannya, Asaduddin Syirkuh sekaligus menggantikan posisinya sebagai wazir di Mesir. Saat itu umur Shalahuddin baru 32 tahun.
Bahkan pada akhirnya ia memegang tampuk tertinggi Fathimiyah setelah khalifah Al-‘Adhid (khalifah terakhir) meninggal dunia karena sakit. Shalahuddin mendirikan dua madrasah Nashiriyah dan Kamiliyah agar rakyat berpindah ke madzab yang benar dan turut menyiapkan perubahan yang diinginkan negara. Nuruddin mendesak  agar khutbah jumat yang biasa disampaikan atas nama khalifah Fathimiyah digantikan atas nama khalifah Abbasiyah, Al-Mustadhi’.
Walaupun Shalahuddin berkuasa penuh di Mesir, hal ini tidak melunturkan rasa loyalitasnya pada Nuruddin. Ia membuat mata uang dengan nama Nuruddin, mengirimkan hadiah berharga kepadanya dari perbendaharaan Mesir. Namun, masih ada pihak-pihak yang tidak suka dengan hubungan baik ini. Upaya-upaya buruk untuk merongrong hubungan baik ini berhasil dipatahkan oleh Shalahuddin. Shalahuddin terus memberikan loyalitasnya yang tulus kepada Nuruddin hingga putra Imaduddin ini wafat pada 569 H/1173 M.
Pada masa ini akhirnya Shalahuddin menjadi penguasa wilayah timur muslim tanpa diperselisihkan, juga komandan yang senantiasa diharapkan dalam berbagai pertempuran untuk membebaskan negeri umat Islam. Maka, pembebasan kiblat pertama umat Islam telah di depan mata.
Semenjak wafatnya Nuruddin, terbukalah berbagai kesempatan lebar bagi Shalahuddin untuk menyatukan dunia Islam di bawah satu pemerintahan. Allah pun memberikan kesempatan itu dan ia berhasil menguasai kerajaan besar mencakup Irak, Syiria, Mesir dan Barqah. Setelah itu, Shalahuddin mulai melakukan persiapan untuk memerangi orang Frank dan membebaskan Al-Quds.
Percikan pertama terjadi ketika Shalahuddin memerangi Reginald de Chatillon, raja Karak. Reginald menyerang kafilah dagang Shalahuddin pada 582 H. Padahal antara Shalahuddin dan pemerintahan negeri ini terjali perdamaian. Di antara klausul perdamaiannya adalah diizinkannya kafilah dagang Islam melintas dari Mesir ke Syiria atau sebaliknya dengan jaminan keamanan.
Ketika mengetahui hal ini, Shalahuddin marah besar dan bersumpah akan membunuh Reginald dengan tangannya sendiri. Sumpah ini akan menjadi kenyataan pada akhirnya. Setelah serangan keji ini, Shalahuddin mulai bersiap mengumpulkan pasukan. Waktu itu adalah waktu kembalinya jemaah haji Muslim.
Penguasa Karak bersiap-siap untuk memburu dan menyerang ketika kembali. Sementara itu, Shalahuddin juga bersiap-siap untuk melindungi mereka setelah mengumumkan jihad di semua penjuru negerinya. Para jamaah haji pun melintas dengan selamat dan mendoakan kemenangan bagi pasukan Shalahuddin.
Setelah mengumpulkan dan mengatur pasukan, Shalahuddin mengadakan musyawarah untuk membicarakan bagaimana menyerang musuh dan kapan waktunya. Majelis pun menyepakati untuk keluar pada 17 Rabiul Akhir 583 H setelah shalat jum’at di antara lantunan takbir dan doa kaum muslimin.

4.      PERANG SALIB DAN KEMENANGAN UMAT ISLAM
Shalahuddin keluar dari Damaskus. Tatkala sampai di Ra’s Al-Maa’, dia menjadikannya markas untuk berkumpul pasukan. Putranya, Al-Malik Al-Afdhal, tetap berada di Ra’s Al-Maa’, sedangkan dia melanjutkan perjalanan ke Busra. Sementara itu, Muzahafarudin Kukubri bergerak ke Acre. Dari Busra, Shalahuddin bergerak ke benteng Karakdan Syaubak, kemudian kembali ke Tiberias. Dia senantiasa berusaha mengajak umat Islam berperang di jalan Allah. Apabilan melihat dirinya, ia sering bersedih dan berduka cita. Ia tidak berselera makan dan makan hanya sedikit saja.
Ketika ditanya mengenai sebab hal itu, dia menjawab,”Bagaimana saya bisa merasa senang, menikmati makanan dan tidur dengan tenang, sementara Jerussalem berada di tangan Pasukan Salib?”
Teman dekatnya, Al-Qadhi Baha’uddin bin Syidad, menggambarkan keadaannya ketika berperang melawan pasukan Salib. Dia berkata,”Bagi Shalahuddin, pendudukan Jerussalem adalah perkara penting yang tidak mampu dipikul oleh gunung.”
Pasukan Salib memastikan adanya rencana yang disusun Shalahuddin untuk melawan mereka. Para pemimpin mereka menyatukan langkah dan mengumpulkan pasukan. Mereka bergerak ke Tiberias dan bertemulah dua pasukan besar ini di sebuah tempat yang bernama Hittin. Waktu subuh baru saja berlalu. Terik matahari yang membakar mulai menyebar. Keadaan ini dimanfaatkan pasukan mujahidin menyerang pasukan Salib yang kehausan karena para ksatria Islam telah menguasai sumber air.
Shalahuddin pun berhasil memisahkan pasukan kavaleri berkuda dengan pasukan infantri. Pasukan musuh terpaksa mundur karena serangan sporadia yang mereka terima. Setelah terjadi pertempuran sengit antara dua pihak, Shalahuddin meraih kemenangan mutlak.
Sementara itu pasukan Salib kalah telak. Hanya ada dua pilihan bagi pasukan ini, terbunuh atau tertawan. Jumlah korban dari pihak pasukan Salib mencapai sepuluh ribu orang. Pasukan Shalahuddin terus bergerak di sekitar puncak gunung, sedangkan di hadapan mereka terlihat pasukan Salib yang lari tunggang langgang. Kondisi pasukan yang kacau balau membuat sang raja Jerussalem tertawan berikut sang penjahat perang Reginald.

Shalahuddin mendirikan tenda dan berkumpul bersama para petinggi dan penasehatnya. Ia mendatangan raja Guy de Lusignan dan Reginald de Chatillon. Keduanya diperintahkan untuk duduk di dalam kemah. Raja Guy merasa haus dan meminta air minum. Lalu didatangkan air es padanya. Ia pun meminumnya dan memberikan sisanya pada Reginald. Melihat hal itu, Shalahuddin berkata, “Kami tidak akan memberikab air kepadanya sehingga dirinya merara aman.”
Kemudian Shalahuddin berdiri dan mencela perbuatan buruk Reginald terhadap kafilah kaum muslim dan tindakan pelecehannya terhadap Rasulullah. Shalahuddin memenggal leher Reginald dengan tangannya sendiri untuk melaksanakan janji dan sumpahnya. Melihat kejadian itu, raja Guy ketakutan. Shalahuddin menenangkannya dan berkata, “Tidak biasanya para raja itu membunuh raja lainnya. Akan tetapi orang ini (Reginald) telah melampaui batas. Maka dari itu terjadilah apa yang telah terjadi.” Kemudian Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk mengirim raja itu ke Damaskur beserta kaummnya yang masih tersisa dengan penuh keramahan dan penghormatan.
Berakhirlah perang Hittin dan kemenang mutlak di tangan para mujahidin. Setelah itu pasukan Shalahuddin bergerak ke pelabuhan Acre. Pendudukanya menyerah dengan keamanan. Shalahuddin memasuki kota ini pada Jumadil Ula tahun 583 H. Kemudian pasukan Muslim menduduki kota dan benteng di sekitar Acre, seperti Tabnain, Sidon, Jubail dan Beirut. Kemudian Shalahuddin bergerak ke pantai dan  memblokade Askalon selama 14 hari. Blokade ini berakhir dengan penyerahan kota tersebut.
Dengan menyerahnya kota ini, Shalahuddin semakin menancapkan blokade terhadap Jerussalem, sebab penguasaan kota ini menghalangi kota Jerussalem dari bantuan pasukan  Salib yang datang dari arah pantai. Shalahuddin bergerak ke Al-Quds setelah menguasai Ramlah, Ad-Darum, Gaza, Bethlehem dan An-Natrum.
Shalahuddin ingin memasuki Al-Quds dengan tidak menimpakan keburukan dan kerusakan. Dia memilih masuk kota Jerussalem dengan damai tanpa mengerahkan pasukannya yang banyak. Sebab, hal itu bisa menghancurkan bangunan-bangunannya dan mencemari kesuciannya. Shalahuddin ingin mengulang kembali perjalanan hidup khalifah Umar bin Khattab dalam menaklukkan kota ini untuk kedua kalinya.
Oleh karena itu, Shalahuddin mengirimkan beberapa utusan kepada penduduk Al-Quds untuk meminta mereka menyerahkan kota ini dengan beberapa syarat yang dia tentukan. Shalahuddin menyampaikan pada mereka,”Sesungguhnya saya benar-benar meyakini bahwa Jerussalem adalah rumah Allah yang suci sebagaimana yang kalian yakini. Saya tidak ingin menimpakan kerusakan kepada rumah Allah ini dengan memblokade atau menyerangnya.”
Namun demikian, orang-orang Frank tidak mau memenuhi keinginan Shalahuddin. Mereka tidak memikirkan akibat yang akan terjadi. Akhirnya Shalahuddin bertekad mengambil alih Jerussalem melalui peperangan dan perlawanan. Belum sampai berlalu sepekan dari perlawanan, Al-Quds menyerah. Orang-orang Frank bersedia untuk berdamai. Diadakanlah persetujuan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.       Mereka dipersilahkan meninggalkan Jerussalem dalam jangka waktu 40 hari.
b.      Laki-laki di antara mereka harus menebus dirinya sebesar 10 dinar, perempuan 5 dinar dan anak-anak dua dinar.
c.       Barangsiapa tidak mampu menebus dirinya maka dia akan menjadi tawanan.
Perlakuan baik diperagakan Shalahuddin kepada para penduduk Al-Quds. Kontras dengan apa yang dilakukan pasukan Salib ketika menduduki Al-Quds dengan genangan darah.
Shalahuddin mendatangkan Muhyiddin bin Az-Zaki untuk menjadi khatib Masjidil Aqsha pada hari jumat yang agung di Masjidil Aqsa. Kemenangan ini disambut suka cita oleh seluruh kaum muslimin saat itu. Al-Aqsa kembali difungsikan menjadi masjid setelah sekian lama tidak digunakan.
Saat ini Al-Aqsa kembali tertawan oleh musuh Allah. Orang-orang Yahudi menjarah dan merampok tanah umat Islam di Palestina. Umat Islam menunggu lahirnya generasi Shalahuddin yang baru untuk menaklukkan kembali Al-Aqsa ke dalam pangkuan umat Islam. Wallahu a’lam bi shawab.
BAB 3
PENUTUPAN
1.      KESIMPULAN
Islam, seperti halnya yang dicitakan Shalahuddin serta gurunya, Nuruddin Zanki. Yang penting untuk diperhatikan, generasi Shalahuddin tidak lahir begitu saja di medan perang tanpa ada faktor yang menyertainya. Mereka lahir karena adanya sebab dan proses yang dijalani. Dari keluarga, lingkungan serta masyarakat yang shalih dan kuat beragama, lahir sosok Shalahuddin.
Dari Shalahuddin kita belajar bahwa jihad paling utama yang harus dilakukan sebelum maju di medan tempur adalah terlebih dahulu menghancurkan musuh di dalam diri masing-masing. Sebab di sana ada benteng yang harus dihancurkan sebelum menghancurkan benteng musuh.
Hari ini, Palestina dan Baitul Maqdis terus menyeru kepada kaum Muslim akan kesulitan yang mereka lalui. Sejarah selalu berputar, dan kini ia kembali kepada mereka dengan keadaan penuh derita. Berbagai peristiwa yang terjadi saat ini di tubuh umat Islam memberikan gambaran bahwa keadaan mereka tidak berbeda jauh dengan 10 abad sebelumnya, di masa-masa sebelum pasukan Salib datang menyerang. Jatuhnya Baitul Maqdis dalam perang Salib juga mengajarkan pada kita bahwa perpecahan itu melemahkan dan hanya akan berujung tangis penyesalan. Ia mengajarkan bahwa keinginan untuk saling menjatuhkan hanya akan menjauhkan rahmat Allah untuk memberikan kepada kita kemenangan. Sudah sepatutnya kita kembali membuka lembaran lama. Membacanya dengan saksama seraya mencatat apa yang bisa kita ambil sebagai ibrah dan pelajaran.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.Al-Anfal:46)


Daftar Pustaka

Al-Kilani, D. M. (t.thn.). Misteri Masa Kelam Islam dan Kemenangan Perang Salib. Kalam Aulia Mediatama.
Ulwan, D. A. (t.thn.). Salahudin Al-Ayyubi, Sang Penakluk Jerussalem. Al-Wafi.
www.Kiblat.net. (t.thn.). Dipetik 2 25, 2019, dari www.Kiblat.net: https://www.kiblat.net/2017/12/22/shalahuddin-dan-generasi-pembebas-al-aqsha/2/
Share:

AWG Gelar Aksi Solidaritas Masjid Al-Aqsha Palestina Dengan Tidak Ricuh

Jakarta, MINA – Lembaga kemanusiaan yang fokus pada perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsha Al-Aqsa Working Group (AWG) bersama Syubban Jama’ah Muslimin (Hizbullah) menggelar aksi damai solidaritas untuk membela Masjid Al-Aqsha Palestina, di kawasan Patung Kereta Kuda, Monas, Jakarta Pusat, Senin siang (19/8).

Aksi damai ini mengutuk serangan penjajah Zionis Israel terhadap Umat Islam Palestina saat beribadah di Masjid Al-Aqsha di hari Raya Idul Adha 1440 H/ 11 Agustus 2019.
“Dalam aksi ini umat Muslim Indonesia menyerukan kepada pemimpin negara Muslim untuk peduli terhadap Masjid Al-Aqsha dan membuat langkah nyata menyelamatkan Al-Aqsha,” ujar Ketua Umum AWG Agus Sudarmaji yang juga Penanggung jawab aksi.
Agus menegaskan, aksi ini juga mengajak umat Islam dunia untuk peduli dan memikirkan keselamatan Masjid Al-Aqsha.
“Aksi ini mengajak umat Islam mendoakan keselamatan Masjid Al-Aqsha dan ummat Islam di sekitar Kota Al-Quds (Yerusalem) dan wilayah Palestina yang diduduki lainnya,” ujarnya.
Kezaliman yang dilakukan oleh Pemerintah Penjajahan Israel terhadap Masjid Al-Aqsha dan warga Palestina semakin meningkat sejak klaim sepihak oleh Israel dan Amerika Serikat bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel.
Kejahatan lain adalah serbuan warga sipil dan militer Israel ke Masjid Al-Aqsha sebagai tempat suci yang sebenarnya hanya boleh dimasuki oleh umat Islam. 
Mi’raj News Agency (MINA)
https://minanews.net/awg-gelar-aksi-damai-solidaritas-masjid-al-aqsha-palestina/
Share:

114 Pemukim Pendatang Yahudi Serbu Masjid Al-Aqsa

Al-Quds, MINA – Ratusan pemukim pendatang Yahudi pada Senin (19/8) menyerbu kompleks Masjid Al-Aqsa dengan mendapatkan perlindungan dari pasukan pendudukan Israel.


Palinfo pada Selasa (20/8) dari Pejabat Humas Departemen Wakaf Islam, Faras Al-Dabs mengatakan, sebanyak 114 pendatang ekstrimis Yahudi menyerbu Masjid Al-Aqsa dengan dijaga oleh pasukan Israel.
Sejak tahun 2003, otoritas pendudukan Israel telah mengizinkan para pemukim pendatang Yahudi untuk menyerbu area Masjid Al-Aqsa.
Departemen Wakaf Islam di Al-Quds, yang menjadi kepanjangan tangan Departemen Wakaf Islam di Yordania dan yang bertanggung jawab untuk pengelolaan urusan Masjid Al-Aqsa, meminta agar dihentikan serangkaian serangan ini, akan tetapi pasukan Israel tidak menanggapi permintaan ini.
Sebelumnya anggota unit khusus pasukan Israel menyerbu area masjid dan mengusir warga Palestina dari jalur penyerbuan pemukim pendatang yang melakukan tur provokatif di area masjid dan menerima penjelasan tentang “Kuil Sholomon” yang mereka klaim.
Beberapa pemukim Yahudi juga berusaha untuk melakukan ritual Talmud di depan Kubah Shakhrah dan Mushallah Bab Al-Rahma, sebelum keluar melalui gerbang Sisila.
Penyerbuan tersebut terjadi pada saat Kementerian Luar Negeri Yordania memanggil duta besar Israel untuk Amman, Amir Weissbord, dan memberi tahu dia tentang “pesan tegas” yang menuntut penghentian “pelanggaran-pelanggaran” di Masjid Al-Aqsa.
Para pemukim dan anggota pasukan Israel meningkatkan serangan dan pelanggaran mereka terhadap kesucian Masjid Al-Aqsa, dan menyerang para jamaah dan penjaganya, serta mendeportasi puluhan dari mereka dari masjid untuk jangka waktu yang berbeda-beda.
Menurut Pusat Informasi Wadi Hilweh, sebanyak 2.233 pemukim pendatang Yahudi dan pelajar telah menyerbu Masjid Al-Aqsa selama Juli lalu.
Sementara itu, bawah penjagaan ketat dari pasukan Israel, pembatasan bagi warga Palestina untuk memasuki Masjid Al-Aqsa dengan cara menahan kartu identitas mereka dan melakukan penggeledahan.
Mi’raj News Agency (MINA)
https://minanews.net/114-pemukim-pendatang-yahudi-serbu-masjid-al-aqsa/
Share:

Jumat, 26 Juli 2019

Abul Hidayat: Berqurban Hukumnya Wajib Bagi Umat Islam

Cileungsi, Kabupaten Bogor, MINA – Pengasuh Pondok Pesantren Shuffah Hizbullah dan Madrasah Al-Fatah Cileungsi Bogor, KH Abul Hidayat Saerodjie mengatakan, berqurban hukumnya wajib bagi umat Islam yang memiliki kelapangan harta dan cukup rezeki.
“Untuk itu, melaksanakannya bagi umat muslim yang kurang mampu. Maka gugurlah kewajiban tersebut,” kata Abul dalam “Khutbah Jumat” di masjid Darul Hijrah, Pasirangin, Cileungsi, Kab Bogor, Jumat (19/7).
Dia juga mengatakan, qurban termasuk salah satu ibadah sunnah yang tidak boleh ditinggalkan, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat mencintai hambanya yang ingin memberikan sebagian hartanya untuk kepentingan ibadah.
“Kita bisa merenungi kisah sejarah Nabi Ibrahim yang mengqurban anaknya Ismail. Apa yang dialami Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail saat itu menjadi sejarah Hari Raya Idul Adha,” paparnya.
Kemudian dikatakannya, Ismail menikmati masa kanak-kanaknya dan sangat disayangi ayahnya. Namun pada suatu ketika, tepatnya pada malam 8 Zulhijah. Nabi Ibrahim bermimpi didatangi seseorang membawa pesan dari Allah, yang memerintahkan untuk menyembelih anaknya.
Ia mengajak umat Islam bisa merenungi kisah Nabi Ibrahim dan Ismail ketika Allah memerintahnya untuk menyembeli Nabi Ismail.”Agar kita selalu ingat setiap harta yang dimiliki adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya,” katanya. (L/R03/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
sumber: https://minanews.net/abul-hidayat-berqurban-hukumnya-wajib-bagi-umat-islam/
Share:

Kamis, 25 Juli 2019

Khutbah Jumat | Ibadah Qurban 1440H

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior MINA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
وَ قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Hadirin yang dirahmati Allah
Berqurban merupakan salah satu syariat Allah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Berqurban juga merupakan sunah Nabi Ibrahim dan dilanjutkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Berqurban merupakan pelaksanaan perintah Allah:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
Artinya: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berqurbanlah.” (QS Al-Kautsar: 2).
Karena itu, berqurban hendaknya dilaksanakan semata-mata karena Allah, seperti firman Allah:
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ –  لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
Artinya: “Katakanlah: ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (QS Al-An’am: 162-163).
Hadirin yang berbahagia
Rasulullah Shallallahun ‘Alaihi Wasallam dan para sahabat telah memberikan teladan dalam ibadah qurban ini. Karena berqurban menjadi sunah yang sangat dianjurkan bagi orang yang telah memiliki kemampuan.
Keutamannya di antaranya disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ قَالُوا وَلَا الْجِهَادُ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ يُخَاطِرُ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ بِشَيْءٍ
Artinya: “Tidak ada amal yang lebih utama pada hari-hari (tasyriq) ini selain berqurban.” Para sahabat berkata, “Tidak juga jihad?” Beliau menjawab: “Tidak juga jihad. Kecuali seseorang yang keluar dari rumahnya dengan mengorbankan diri dan hartanya (di jalan Allah), lalu dia tidak kembali lagi”  (HR Bukhari dari Ibnu Abbas).
Bahkan terdapat kebaikan dari setiap helai rambut/bulu hewan qurban tersebut.
Seperti disebutkan dalam hadits dari Zaid ibn Arqam, ia berkata atau mereka berkata: “Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, apakah qurban itu?” Rasulullah menjawab: “Qurban adalah sunnahnya bapak kalian, Nabi Ibrahim.” Mereka bertanya, “Apa keutamaan yang kami akan peroleh dengan qurban itu?” Rasulullah Shallalhu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai rambutnya adalah satu kebaikan.”Mereka menjawab: “Kalau bulu-bulunya?”Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab: “Setiap satu helai bulunya juga satu kebaikan.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Sidang Jumat yang sama-sama mengharap ridha Allah
Namun yang terpenting dari ibadah qurban adalah takwa dan keikhlasannya. Seperti Allah sebutkan di dalam ayat:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ
Artinya: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS Al-Hajj [22]: 37).
Sedangkan bagi siapa saja umat Islam yang sebenarnya mampu berqurban, tetapi tidak juga berqurban. Maka, ada ancaman syariat bahwa dia tidak layak shalat bersama Nabi. Ini seperti disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
 مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلاَ يَقرَبَنَّ مُصَلاَّنَا
Artinya: “Siapa yang mendapati dirinya dalam keadaan lapang, lalu ia tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat ‘id kami.” (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah).
Semoga Allah memberikan kita kemampuan melaksanakan ibadah qurban karena Allah. Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (A/RS2/)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Mi’raj News Agency (MINA)
sumber: https://minanews.net/khutbah-jumat-ibadah-qurban-jalan-takwa/
Share:

Media Pemersatu Ummat

Arsip Blog